Menyajikan Tips Blogging SEO, Tips Kesehatan, Tips Komputer, Seputar Islam, Teknologi, Lowongan Kerja, Bisnis dan Berita Online.

Kronologi Guru Honorer Pukul Siswa Hingga Tewas

Ditulis oleh: -
TERNATE - Yusri H Muhammad (17), siswa kelas XII SMAN 7 Takofi Kecamatan Pulau Moti, Kota Ternate, tewas diduga dihajar Fajrin alias FS, oknum guru honorer di sekolah tersebut.  Peristiwa ini terjadi Jumat (9/10), saat apel pagi di halaman sekolah itu.
Kronologi Guru Honorer Pukul Siswa Hingga Tewas
Informasi kronologi guru honorer pukul siswa hingga tewas yang dihimpun di lapangan menyebutkan, awal kejadiannya  Yusran yang mengenakan baju olahraga berwarna putih diminta pulang oleh gurunya berinisial FSuntuk diganti dengan baju batik. Karena perintah Fajrin tidak digubris, korban lalu ditampar. Entah karena merasa sakit bercampur malu lantaran ditampar di hadapan rekan- rekannya, Yusri melakukan perlawanan. Melihat aksi Yusri, Fajrin pun emosi. Tanpa banyak pikir, mistar kayu yang sementara dipegang langsung dipukulkan di belakang kepala Yusri.

Akibat hantaman mistar, Yusri jatuh tersungkur. Ketika jatuh mulut korban tampak mengeluarkan busa hingga korban pun pingsan. Tidak hanya itu, bagian belakang kepala korban juga mengalami luka sobek sehingga mengeluarkan banyak darah. Melihat kondisi Yusri yang sekarat, Fajrin panik dan langsung diamankan pihak sekolah ke rumahnya di Kelurahan Figur Moti. Saat itu, korban lalu dibawa pihak sekolah ke Puskesmas terdekat. Namun belum sampai di Puskesmas, karena pendarahan hebat, korban   meninggal dunia.

Korban diperkirakan telah meninggal saat perjalanan dari Kelurahan Takofi ke Moti Kota yang melewati dua kelurahan yakni, Figur dan Tafamutu. Hal ini disampaikan Kepala Puskesmas Moti dr Muhammad Sagaf, saat dihubungi Malut Post (Jawa Pos Group) Jumat kemarin.

“Saat tiba di Puskesmas sekitar pukul 09.00 WIT, dia sudah meninggal sebelum ditangani petugas. Diduga  karena pendarahan di kepala,” kata Muhammad yang mengaku Yusri dibawa dari Takofi dengan mobil truk. Setelah divisum Yusri langsung dipulangkan ke rumah sekitar pukul 11.12 WIT. Sementara kepolisian sektor Moti yang menerima laporan peristiwa ini, langsung menuju SMA 7 untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) serta mencari keterangan sejumlah saksi.

Anggota Polsek dibantu sejumlah anggota Reskrim Polres Ternate menangani masalah ini. Sementara, karena tidak terima hal ini, puluhan keluarga korban mendatangi sekolah untuk mencari Fajrin. Beruntung kedatangan keluarga diatasi puluhan personil Polsek dan Polres yang sudah berada di sekolah itu.

Fajrin yang sebelumnya sempat diamankan dari amukan keluarga korban di kelurahan Figur Moti, telah dibawa petugas Polsek Moti ke Polres Ternate sekitar pukul 21.47 WIT malam tadi. Fajrin diperiksa secara marathon oleh penyidik Polres Ternate.  Hingga pukul 22.00 pihak kepolisian belum memberikan keterangan karena pemeriksaan masih berlangsung.

Kapolres Ternate, AKBP Kamal Bahtiar dikonfirmasi Jumat siang menyatakan, perkara ini ditangani Reskrim Polrers Ternate. “Kasusnya ditarik ke Polres Ternate untuk ditindaklanjuti,”kata Kamal. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Peristiwa ini langsung direspon Kepala Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Ternate Muhdar Din, yang berangkat ke Moti untuk mengetahui kondisi di lapangan. Dia juga turun  untuk  menekan gejolak yang terjadi.

Diknas langsung melakukan pertemuan dengan pihak sekolah dihadiri Kepala sekolah Ibrahim Mahmud dan keluarga difasilitasi pihak pemerintah kecamatan.  Dalam rapat itu pihak keluarga menuntut pelaku diproses secara hukum. Dikatakan, dalam rapat itu orang tua meminta guru yang bersangkutan dipecat. “Dia hanya berstatus guru honor yang diangkat sekolah sekitar satu tahun lalu. Jadi tidak perlu dipecat tapi sekolah langsung mengeluarkannya,” jelas Muhdar yang mengaku rapat itu berlangsung sekitar 2 jam.

Muhdar juga mengaku ada tuntutan orang tua agar yang bersangkutan diproses hukum. “Diknas juga mendukung karena ini bentuk tindakan kriminal,” katanya. Tidak itu saja, Muhdar langsung mengambil kebijakan meliburkan SMPN 7 selama satu minggu. “Libur itu, kepala sekolah dan guru-guru wajib membantu beban orang tua korban,” paparnya.

Agar hal ini tidak lagi terulang, Muhdar mengingatkan seluruh guru agar mengantisipasi aksi seperti ini dengan menjauhkan diri dari memegang rotan atau mistar saat mengajar. “Jangan ada keinginan bawa mistar atau rotan di dalam kelas. Kalau ada penghapus yang menggunakan kayu harus diganti dengan berbahan plastik,” tegasnya.

Terpisah, Penjabat Wali kota Ternate Idrus Assagaf mengecam sikap guru yang telah menghilangkan nyawa siswa. Karena itu, dia menginstruksikan pihak sekolah dan Diknas Kota Ternate segera mencabut status honorer guru tersebut. Dia juga meminta Diknas mengevaluasi pola pembinaan guru, sebab  tindakan kekerasan ini sudah terjadi berulang kali. Sementara jasad korban yang dipulangkan ke rumahnya di kelurahan Takofi,  dimakamkan sekitar pukul 16.00 WIT kemarin.(tim/ici/sam/jpnn).

Sumber: Jpnn

Hobi membully ternyata tidak hanya dilakukan oleh teman sebaya di sekolah, seolah-olah guru yang kurang manusiawi pun juga tidak ingin ketinggalan dengan hal sadis dan kejam ini.

Semoga guru tersebut diberikan kesadaran akan kesalahannya yang telah menghilangkan nyawa siswanya, serta mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya agar mengurangi kasus bullying di sekolah!

7komentar :

  1. kekerasan memang suntuk saat ini sudah meraja lela, bahkan sudah menguasai pasar indonesia hingga sampai ke aceh. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya begitulah mas Mukhlis, kekekrasan harus segera diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk.

      Delete
  2. Sedih bacanya, kasus seperti ini bukan pertama kalinya di negera kita
    Sudah sangat sering sekali terjadi, bahkan ada juga yang masih anak SD yang di siksa gurunya menggunakan cutter baru-baru ini.
    Sebagai seorang guru sebaiknya harus melatih kesabaran, tingkah laku anak murid yang nyeleneh itu pasti ada.
    memberi pelajaran dengan cara kekerasan itu bukanlah pilihan terbaik karena memilki banyak resiko.

    Oknum Guru seperti itu bukan sedikit tapi banyak sekali.
    mereka melakukan itu dengan alasan "Mendidik".
    mendidik apaan kalo sampe matot? ih jadi gereemmmmm!!!
    emosi :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sist betul sekali, memang memberi pelajaran dengan cara kekerasan itu bukanlah pilihan terbaik karena memilki banyak resiko. Sabar sist kita bantu mendoakan & mencari solusi dengan tata cara mendidik yang baik serta benar melalui cara memberi contoh langsung yang baik-baik agar murid yg nakal dan susah memahami dapat mudah mengikuti gurunya yg baik.

      Delete
  3. koq masih ada ya guru yg menggunakan tindak kekerasan untuk menangani kenakalan murid yamas.
    moga peristiwa ini menjadi yg terakhir dan tidak terulang lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas jamannya memang sudah gila jadi ada-ada saja model guru yang membuat tindak kejam kepada muridnya. Amin ya robbal'alamin, semoga peristiwa ini menjadi yg terakhir dan jangan terulang lagi.

      Delete
  4. Lagi-lagi dunia pendidikan negara ini tercoreng,,,

    ReplyDelete

Para sobat Blogger Mari Saling Vote dan Comment Dengan Baik, Agar Mempererat Tali Silaturahmi dan Meningkatkan Seo Blog Kita Dengan Blogwalking, Saling Follow Serta Komentar Balik dan Tunggu
Kunjungan Balik Saya Di Blog Anda.

Jika Anda Ingin Meninggalkan Link, Pilih opsi Open ID Jangan memasukan link hidup karena akan saya hapus. karena blog ini bukan tempat untuk mempromosikan produk yang dijual di blog anda.
Terima kasih atas kerjasamanya ^_^